BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Kehamilan
1. Definisi Kehamilan
Berikut adalah beberapa definisi tentang
kehamilan:
a. Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi
sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9
bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Saifuddin 2006, 89).
b. Menurut Federasi Obsestri Ginekologi
Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Saifuddin
2008, 213).
c. Kehamilan adalah kondisi dimana seorang
wanita membawa atau memiliki janin di dalam tubuhnya, pada umumnya dalam rahim (http:linkpdf.com).
2.
Fisiologi
Terjadinya Kehamilan
Untuk
terjadi kehamilan harus ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum (konsepsi) dan
nidasi (implantasi hasil konsepsi).
a.
Spermatozoa
Setiap spermatozoa terdiri atas tiga
bagian yaitu caput atau kepala yang berbentuk lonjong, agak gepeng dan
mengandung bahan nukleus, ekor dan bagian yang silindrik (leher) menghubungkan
kepala dengan ekor. Dengan getaran ekornya, spermatozoa dapat bergerak cepat.
Gambar 2.1: Spermatozoa
Sumber: http://www.google.co.id
Dalam pertumbuhan embrional spermatogonium
berasal dari sel-sel primitif tubulus-tubulus testis. Setelah janin dilahirkan,
jumlah spermatogonium yang ada tidak mengalami perubahan sampai masa pubertas
tiba. Pada masa pubertas, sel-sel spermatogonium tersebut dalam pengaruh
sel-sel interstisial Leydig mulai aktif mengadakan mitosis dan terjadilah
proses spermatogenesis yang sangat kompleks (Saifuddin 2008, 139).
b.
Ovum
Pertumbuhan
embrional oogonium yang kelak menjadi ovum terjadi di genital ridge janin
dan didalam janin jumlah oogonium bertambah terus sampai pada usia kehamilan
enam bulan. Pada waktu dilahirkan, bayi mempunyai sekurang-kurangnya 750.000
oogonium. Jumlah ini berkurang akibat pertumbuhan dan degenerasi
follikel-follikel. Pada anak berumur 6-15 tahun ditemukan 439.000 oogonium dan
pada umur 16-25 tahun hanya 34.000 oogonium. Pada masa menopause semua oogonium
menghilang (Saifuddin 2008, 140).
c. Pembuahan ovum (konsepsi)
Gambar 2.2: Proses Fertilisasi
Sumber: http://www.google.co.id
Pembuahan
(fertilisasi) adalah proses penyatuan antara sel mani dan sel telur di tuba fallopi,
umumnya terjadi di ampulla tuba, pada hari kesebelas sampai keempat belas dalam
siklus menstruasi (Pantikawati 2010, 45).
Pembuahan (fertilisasi) meliputi penetrasi
spermatozoa ke dalam ovum, fusi spermatozoa dan ovum, diakhiri dengan fusi
materi genetik. Hanya satu spermatozoa yang telah mengalami proses kapasitasi
mampu melakukan penetrasi membran sel ovum.
Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah pembelahan zigot.
Hal ini dapat berlangsung oleh karena
sitoplasma ovum mengandung banyak zat asam amino dan enzim. Segera setelah
pembelahan ini terjadi, pembelahan-pembelahan selanjutnya berjalan dengan
lancar dan dalam 3 hari terbentuk suatu kelompok sel yang sama besarnya. Hasil
konsepsi berada dalam stadium morula.
Dalam ukuran yang sama ini hasil konsepsi
disalurkan terus ke pars ismika dan pars interstisialis tuba (bagian-bagian
tuba yang sempit) dan terus disalurkan ke arah kavum uteri oleh arus serta
getaran silia pada permukaan sel-sel tuba dan kontraksi tuba (Saifuddin 2008,
141-142).
d. Nidasi
Selanjutnya pada hari keempat hasil konsepsi
mencapai stadium blastula disebut blastokista (blastocyst), suatu bentuk
yang di bagian luarnya adalah trofoblas dan di bagian dalamnya disebut massa inner
cell. Massa inner cell ini berkembang menjadi janin dan trofoblas akan
berkembang menjadi plasenta.
Dengan demikian, blastokista diselubungi oleh
suatu simpai yang disebut trofoblas. Sejak trofoblas terbentuk, produksi hormon
Human Chorionic Gonadotropin (hCG) dimulai, suatu hormon yang memastikan
bahwa endometrium akan menerima (reseptif) dalam proses implantasi embrio.
Proses penempelan blastokista ke dinding rahim inilah yang disebut nidasi atau
implantasi (Saifuddin 2008, 143).
3.
Diagnosis
Kehamilan
a. Tanda atau Gejala Dugaan Kehamilan
Pada
wanita hamil terdapat beberapa tanda atau gejala, antara lain sebagai berikut:
1) Amenorea (= tidak dapat haid)
Bila seorang wanita dalam masa mampu hamil
dan mengeluh terlambat haid, maka dapat diperkirakan bahwa dia hamil (Pantikawati
2010, 75).
Menurut Johnson, Walker dan Niebyl, Hari
Pertama Haid Terakhir (HPHT) pada wanita dengan siklus haid yang teratur
merupakan salah satu dari data yang dapat diandalkan untuk memperkirakan umur
kehamilan (Walsh 2008, 94).
2)
Nausea
(enek) dan emesis (muntah)
Nausea (enek) terjadi umumnya pada
bulan-bulan pertama kehamilan, disertai kadang-kadang oleh emesis (muntah).
Sering terjadi pada pagi hari. Keaadaan ini lazim disebut morning sickness.
Dalam batas-batas tertentu keadaan ini masih fisiologik. Bila terlampau sering,
dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dan disebut hiperemesis gravidarum.
3)
Mengidam
(mengingini makanan atau minuman tertentu)
Mengidam
sering terjadi pada bulan-bulan pertama akan tetapi akan menghilang dengan
makin tuanya kehamilan.
4)
Mamma menjadi
tegang dan membesar
Keadaan
ini disebabkan oleh pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktuli
dan alveoli di mamma. Glandula Montgomery tampak lebih jelas.
5) Anoreksia (tidak ada nafsu makan)
Pada
bulan-bulan pertama terjadi anoreksia, tetapi setelah itu nafsu makan timbul
lagi. Hendaknya dijaga jangan sampai salah pengertian makan untuk “dua orang”,
sehingga kenaikan berat badan tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.
6) Sering kencing
Terjadi
karena kandung kencing pada bulan-bulan pertama kehamilan tertekan oleh uterus
yang mulai membesar. Pada triwulan kedua umumnya keluhan ini hilang oleh karena
uterus yang membesar keluar dari rongga panggul. Pada akhir triwulan gejala
bisa timbul karena janin mulai masuk ke ruang panggul dan menekan kembali
kandung kencing.
7) Obstipasi
Terjadi
karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh pengaruh hormon steroid.
8) Pigmentasi kulit
Terjadi
pada kehamilan 12 minggu ke atas. Pada pipi, hidung dan dahi kadang-kadang
tampak deposit pigmen yang berlebihan, dikenal sebagai cloasma gravidarum.
Areolae mammae juga menjadi lebih hitam karena didapatkan deposit pigmen
berlebih.
Daerah
leher menjadi lebih hitam. Demikian pula linea grisea di garis tengah
abdomen menjadi lebih hitam. Pigmentasi ini terjadi karena pengaruh dari hormon
kortiko-steroid plasenta yang merangsang melanofor dan kulit.
9) Epulis
Merupakan suatu hipertrofi papilla ginggivae.
Sering terjadi pada triwulan pertama.
10) Varises
Sering dijumpai pada triwulan terakhir.
Didapat pada daerah genitalia eksterna, fossa poplitea, kaki dan betis. Pada
multigravida kadang-kadang varises ditemukan pada kehamilan yang terdahulu,
timbul kembali pada triwulan pertama. Kadang-kadang timbulnya varises merupakan
gejala pertama kehamilan muda.
11) Perubahan suhu basal tubuh
Peningkatan suhu basal tubuh yang menetap
selama lebih dari minggu diasumsikan sebagai tanda kehamilan (Winkjosastro
2007, 125-126).
b. Gejala Tidak Pasti Kehamilan
Hal-hal yang termasuk tanda atau gejala tidak
pasti kehamilan diantaranya:
1) Perubahan uterus
Uterus akan segera berubah ukuran, bentuk,
dan konsistensi pada kehamilan. Dari kira-kira 6 minggu setelah HPHT sampai 12 minggu
umur kehamilan, uterus berubah bentuk dari bentuk buah pir yang kenyal menjadi
lebih lunak dengan bentuk seperti bola (Walsh 2008, 97).
2)
Tanda
Hegar
Tanda hegar adalah pelunakan ismus
serviks sehingga ujung-ujung jari seakan dapat ditemukan apabila ismus ditekan
dari arah yang berlawanan (Saifuddin 2008, 217).
3) Tanda Goodell
Tanda Goodell adalah perubahan konsistensi (yang
dianalogikan dengan konsistensi bibir) serviks dibandingkan dengan konsistensi
kenyal (dianalogikan dengan ujung hidung) pada saat tidak hamil (Walsh 2008,
97).
4) Tanda Chadwick
Chadwick adalah perubahan warna menjadi kebiruan atau keunguan
pada vulva, vagina, dan serviks (Saifuddin 2008, 217).
5) Tanda Piskacek
Tanda Piskacek (asimetris uterus
dengan implantasi di dekat kornu).
Pembesaran uterus pada awal kehamilan biasanya tidak terjadi secara
simetris. Secara normal ovum yang telah dibuahi akan berimplantasi pada segmen
atas uterus, terutama pada dinding posterior.
Bila lokasi implantasi berada di dekat kornu,
maka daerah ini akan lebih cepat membesar jika dibandingkan dengan bagian
uterus lainnya. Pembesaran asimetri dan penonjolan salah satu kornu tersebut
dapat dikenali melalui pemeriksaan bimanual pelvik pada usia kehamilan delapan
hingga sepuluh minggu. Keadaan ini dikenal sebagai tanda Piskacek
(Saifuddin 2008, 219).
6) Kontraksi Braxton Hicks
Kontraksi Braxton Hicks terjadi akibat
peregangan miometrium yang disebabkan oleh terjadinya pembesaran uterus.
Kontraksi Braxton Hicks bersifat non-ritmik, sporadik, tanpa disertai
adanya rasa nyeri, mulai timbul sejak kehamilan 6 minggu dan kontraksi ini baru
dapat dikenali melalui pemeriksaan bimanual pelvik pada kehamilan trimester
kedua dan pemeriksaan palpasi abdomen pada trimester ketiga (Saifuddin 2008,
219).
7) Pembesaran abdomen
Pembesaran dinding abdomen sering dianggap
sebagai tanda dari terjadinya kehamilan. Pembesaran tersebut terkaitkan dengan
terjadinya pembesaran uterus di rongga abdomen. Penonjolan dinding abdomen
biasanya dimulai pada usia kehamilan 16 minggu dimana uterus beralih dari organ
pelvik menjadi organ abdomen (Saifuddin 2008, 218).
8) Uji hormonal kehamilan
Uji hormonal kehamilan adalah memeriksa
adanya human Chorionic Gonadotropin (hCG) dalam serum atau urine ibu. Pemeriksaan kuantitatif hCG cukup bermakna
bagi kehamilan. Kadar hGG yang rendah ditemui pada kehamilan ektopik dan
abortus imminens. Kadar yang tinggi dapat dijumpai pada kehamilan majemuk atau
molahidatidosa (Saifuddin 2008, 215).
c. Tanda Pasti Kehamilan
Tanda pasti kehamilan adalah data atau
kondisi yang mengindikasikan adanya buah kehamilan atau bayi yag diketahui
melalui pemeriksaan dan direkam oleh pemeriksa (misalnya denyut jantung janin,
gambaran sonogram janin, dan gerakan janin). Beberapa hal yang termasuk tanda
pasti kehamilan yakni:
1) Denyut Jantung Janin (DJJ)
Denyut jantung janin dapat didengar dengan
memakai alat dengan sistem Doppler.
Keuntungan cara ini yang terakhir ini adalah bahwa janin tidak terpengaruh
seperti oleh sinar rontgen.
Selain itu, dapat pula didengar dengan
stetoskop Laennec pada kehamilan
18-20 minggu. Dapat pula didengar bising dari uterus yang sinkron dengan nadi
ibu karena pembuluh-pembuluh darah uterus membesar. Dalam triwulan terakhir
bunyi jantung janin dapat didengar lebih jelas (Winkjosastro 2007, 129).
2) Palpasi gerakan janin
Gerakan janin pada primigravida dapat
dirasakan oleh ibunya pada kehamilan 18 minggu, sedangkan pada multigravida
pada kehamilan 16 minggu, oleh karena sudah berpengalaman dari kehamilan
terdahulu. Gerakan janin kadang-kadang pada kehamilan 20 minggu dapat diraba
secara objektif oleh pemeriksa. Bila dilakukan pemeriksaan dengan sinar rontgen
kerangka fetus mulai dapat dilihat (Winkjosastro 2007, 129).
Selain itu, tanda adanya janin dalam
kandungan adalah melaui fenomena bandul atau pantulan balik yang disebut ballottement.
Hal ini dapat dikenali dengan jalan menekan tubuh janin melalui dinding abdomen yang kemudian
terdorong melalui cairan (Saifuddin 2008, 220).
4.
Perubahan
Anatomik dan Fisiologik pada Kehamilan
a. Adaptasi pada alat reproduksi interna /
eksterna
1) Uterus
Perubahan uterus sepanjang kehamilan dan
persalinan serta setelah melahirkan sangat mencolok. Selama kehamilan, uterus
mendukung perkembangan embrio dan janin, mempertahankan struktur yang menjamin
komunikasi janin-ibu.
a) Pertumbuhan Uterus
Selama 3 bulan pertama kehamilan, dinding
uterus menebal hingga 25 mm. Begitu kehamilan berkembang, peregangan dinding
uterus sebagai akibat pertumbuhan fetus menyebabkan penipisan dinding hingga
5-15 mm pada aterm (Walsh 2008, 79).
Selama trimester pertama, uterus juga berubah
betuknya. Pada awal kehamilan uterus tetap berbentuk buah pir. Uterus perlahan
berubah bentuk pada minggu ke-12 masa kehamilan. Setelah minggu ke-12 bentuknya
menjadi elips atau ovoid (Walsh 2008, 80).
b)
Kontraktilitas
Uterus menunjukkan aktivitas kontraksi tidak
teratur di luar kehamilan. Aktivitas kontraksi ini meningkat menjadi lebih
teratur pada kehamilan. Pada awal kehamilan kontraksinya sedang dan tidak
teratur dan biasanya tidak dapat dirasakan oleh ibu hamil.
Menurut Ramsey, pada trimester kedua kehamilan, kontraksi
dapat diraba oleh pemeriksa, dan seiring dengan perkembangan kehamilan
kontraksi ini dapat dilihat dan mungkin membuat ibu merasa tidak nyaman.
Kontraksi ini disebut kontraksi Braxton-Hicks nama dari penemunya, dan tidak
menyebabkan perubahan pada serviks karena tidak stimulan dan tidak teratur
(Walsh 2008, 80).
2)
Serviks
uteri
Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami
perubahan karena hormon estrogen. Jika
korpus uteri mengandung lebih banyak jaringan otot, maka serviks lebih banyak
mengandung jaringan ikat, hanya 10% jaringan otot.
Akibat kadar estrogen meningkat dan dengan
adanya hipervaskularisasi, begitu juga dengan adanya hiperplasia dan hipertropi
kelenjar serviks menyebabkan serviks menjadi lunak (tanda Goodell) dan munculnya tanda kebiruan (tanda Chadwick) pada satu bulan setelah konsepsi.
Kelenjar-kelenjar di serviks akan berfungsi
lebih dan akan mengeluarkan sekresi lebih banyak. Kadang-kadang wanita yang
sedang hamil mengeluh mengeluarkan cairan per vaginam lebih banyak. Keadaan ini
sampai batas tertentu masih merupakan keadaan yang fisiologik (Winkjosastro
2007, 94).
3) Vagina dan vulva
Vagina dan vulva akibat hormon estrogen
mengalami perubahan pula. Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan
vulva tampak lebih merah, agak kebiru-biruan (livide). Tanda ini disebut tanda Chadwick. Warna porsio pun
tampak livide. (Winkjosastro 2007,
95).
4) Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat
korpus luteum graviditatis sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira
kehamilan 16 minggu. Korpus luteum graviditatis berdiameter kira-kira 3 cm.
Kemudian, ia mengecil setelah plasenta terbentuk. Seperti telah dikemukakan,
korpus luteum ini mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron. Lambat laun
fungsi ini diambil alih oleh plasenta (Winkjosastro 2007, 95).
5) Mamma
Mamma akan membesar dan tegang akibat hormon
somatomammatropin, estrogen dan progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan air
susu. Estrogen menimbulkan hipertrofi sistem saluran, sedangkan progesteron
menambah sel-sel asinus pada mamma. Somatomammatropin mempengaruhi pertumbuhan
sel-sel asinus pula dan menimbulkan perubahan dalam sel-sel, sehingga terjadi
pembuatan kasein, laktalbumin dan laktoglobulin.
Dengan demikian, mamma dipersiapkan untuk
laktasi. Disamping ini, di bawah pengaruh progesteron dan somatomammatropin,
terbentuk lemak di sekitar kelompok-kelompok alveolus, sehingga mamma menjadi
lebih besar. Papilla mamma akan membesar, lebih tegak dan tampak lebih hitam,
seperti seluruh aerolla mamma karena hiperpigmentasi. Glandula Montgomery
tampak lebih jelas menonjol di permukaan aerolla mamma (Pantikawati 2010, 55).
b. Adaptasi pada Sistem Hematologik
1) Perubahan plasma
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan
dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan
pembuluh-pembuluh darah yang membesar pula, mamma dan alat lain-lain yang
memang berfungsi berlebihan dalam kehamilan.
Volume darah ibu dalam kehamilan bertambah
secara fisiologik dengan adanya pencairan darah yang disebut hidremia.
Volume darah akan bertambah banyak, kira-kira 25% dengan puncak kehamilan 32
minggu, diikuti dengan cardiac output yang meninggi sebanyak kira-kira
30%. Akibat hemodilusi tersebut, yang mulai jelas timbul pada kehamilan 16
minggu, ibu yang mempunyai penyakit jantung dapat jatuh dalam keadaan
dekompensasi kordis (Winkjosastro 2007, 96).
2) Perubahan sel darah merah (eritrosit)
Jumlah total sel darah merah (eritosit)
meningkat kira-kira 33% (450 ml) pada wanita hamil yang mengkonsumsi tablet
suplemen zat besi dan 18% (250 ml) pada yang tidak mengkonsumsi tablet suplemen
zat besi. Peningkatan eritropoietin sirkulasi dan peningkatan produksi sel
darah merah (eritrosit) menjadi penyebab keadaan ini. Kadar eritropoietin mulai
meningkat pada akhir trimester pertama, diikuti dengan perubahan awal plasma
(Walsh 2008, 86).
Meskipun ada peningkatan dalam volume
eritrosit secara keseluruhan, tetapi penambahan
volume plasma jauh lebih besar, sehingga konsentrasi hemoglobin dalam
darah menjadi lebih rendah. Hal ini tidak boleh dinamakan anemia fisiologik
dalam kehamilan, oleh karena jumlah hemoglobin pada wanita hamil dalam keseluruhannya
lebih besar daripada sewaktu belum hamil (Winkjosastro 2007, 96).
3) Perubahan pada komponen darah lainnya
Massa sel darah putih (leukosit) sedikit
meningkat pada awal kehamilan, kemudian menetap pada trimester kedua dan
ketiga. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan produksi neutrofil.
Total sel darah putih berkisar antara
5.000-12.000/mm³ dan dapat meningkat sampai 20.000/mm³ saat proses persalinan
tanpa infeksi.
Ada laporan yang saling bertentangan tentang
perubahan trombosit dalam kehamilan. Penelitian terbaru mengatakan bahwa
dijumpai sedikit penurunan trombosit pada dua bulan menjelang akhir kehamilan.
Jumlah trombosit pada kehamilan adalah 150.000-400.000/mm³. Jumlah trombosit di
bawah 100.000/mm³ dianggap tidak normal (Walsh 2008, 86).
a. Adaptasi pada Sistem Respirasi
Sistem respirasi atau pernapasan dalam masa
kehamilan mengalami perubahan, baik secara anatomis maupun fisiologis untuk
memenuhi kebutuhan oksigen ibu dan janin yang meningkat (Pantikawati 2010, 64).
Seorang wanita hamil pada kelanjutan
kehamilannya tidak jarang mengeluh tentang rasa sesak dan pendek napas. Hal ini
ditemukan pada kehamilan 32 minggu ke atas oleh karena usus-usus tertekan oleh
uterus yang membesar ke arah diafragma, sehingga diafragma kurang leluasa bergerak
(Winkjosastro 2007, 96).
b. Perubahan Metabolik
Sebagian besar penambahan berat badan selama
kehamilan berasal dari uterus dan isinya, payudara, serta volume darah.
Tabel 2.1
Tabel Rekomendasi Penambahan Berat Badan Selama Kehamilan
Berdasarkan IMT
Status
Gizi
Prakehamilan
|
IMT*
|
Penambahan
Berat Badan (kg)
|
Kurus
|
<18,5
|
12,5-18,0
|
Normal
|
18,5-24,9
|
11,5-16,0
|
Overweight
|
25,0-29,9
|
7,0-11,5
|
Obesitas
|
= 30
|
5-9
|
IMT*=
Indeks Massa Tubuh yang dihitung dari: BB dalam kg/(TB dalam m)²
Sumber: Institute of Medicine, 2009
Diperkirakan selama kehamilan berat badan
akan bertambah 12,5 kg. Pada trimester ke-2 dan ke-3 pada perempuan dengan gizi
baik dianjurkan menambah berat badan per minggu sebesar 0,4 kg, sementara pada
perempuan dengan dengan gizi kurang atau berlebih dianjurkan menambah berat
badan per minggu masing-masing sebesar 0,5 kg dan 0,3 kg (Saifuddin 2008, 180).
Janin membutuhkan zat-zat gizi, seperti
kalsium, zinc (Zn), asam folat, zat besi (Fe), dsb. Secara umum zat-zat tesebut
berguna dalam pertumbuhan dan perkembangan janin.
c. Traktus Digestifus/Pencernaan
Gizi sangat penting bagi kehamilan, tetapi
gangguan fungsi saluran pencernaan merupakan penyebab tersering keluhan selama
kehamilan. Wanita hamil mengeluhkan perubahan nafsu makan, jumlah dan jenis
makanan yang dikonsumsi, dan toleransinya terhadap makanan tertentu. Beberapa
perubahan pada saluran pencernaan kemungkinan dipengaruhi oleh faktor sosial
budaya, faktor anatomi, dan pengaruh hormon pada saluran pencernaan.
1) Mulut
Terkadang ada wanita hamil yang
mengeluh/merasakan perubahan dalam pengecapan. Keadaan ini mungkin disebabkan
oleh pengaruh hormon pada saliva dan juga pada indra penciuman. Saliva menjadi
lebih asam pada kehamilan sedangkan volume yang dihasilkan biasanya tidak
berubah (Walsh 2008, 89-90).
Produksi air liur yang berlebihan, yang
disebut ptialisme atau ptialorea, dapat terjadi walaupun jarang. Kelainan ini
mungkin berdiri sendiri atau berkaitan dengan hiperemesis gravidarum, ketika
air liur yang tertelan memicu mual hebat dan muntah pada wanita yang
bersangkutan.
Gusi akan menjadi lebih hiperemis dan lunak
sehingga dengan trauma sedang saja bisa menyebabkan perdarahan. Hal ini
disebabkan oleh efek progesteron pada aliran darah dan konsistensi jaringan
lunak (Coad 2007, 237).
Selain itu, permukaan yang rapuh menyebabkan
mudah terkena radang gusi. Insidennya meningkat apabila sedang mengalami
masalah gusi lainnya, umur ibu lebih tua dan meningkatnya paritas. Epulis
selama kehamilan akan muncul, tetap setelah persalinan akan berkurang secara
spontan (Walsh 2008, 90).
2)
Esofagus
Peningkatan kadar progesteron menyebabkan
penurunan tonus sfingter esofagus bagian bawah. Penurunan ini menyebabkan
kompetensi sfingter terganggu dan meningkatkan kemungkinan regurgitasi asam
lambung (Coad 2007, 237).
3)
Lambung
Perubahan yang nyata akan terjadi pada
penurunan sekresi asam hidrokloid dan peptin di lambung sehingga akan
menimbulkan gejala berupa pyrosis (heartburn). Hal ini terjadi
karena adanya refleks asam lambung ke esofagus bawah sebagai akibat perubahan
posisi lambung dan menurunnya tonus sfingter esofagus bagian bawah. Mual
terjadi akibat penurunan asam hidrokloid dan penurunan motilitas (Saifuddin
2008, 185).
4)
Usus
dan Kolon
Relaksasi otot polos yang dipicu oleh
progesteron akan menurunkan tonus dan motalitas usus sehingga waktu transit di
usus meningkat (Coad 2007, 237).
Perpanjangan waktu transit ditambah dengan
adanya hipertrofi vili duodenum menyebabkan peningkatan absorpsi air, yang
kemudian menyebabkan meningkatnya risiko terjadinya konstipasi. Pada kehamilan,
peningkatan kadar angiotensin dan aldosteron juga meningkatkan penyerapan
natrium dan air dari kolon. Selain itu, banyak pula wanita mengalami
peningkatan flatulensi akibat penekanan uterus pada kolon.
Demikian juga dengan yang lainnya seperti apendiks yang
akan bergeser ke arah atas dan lateral. Perubahan anatomis ini penting untuk
diingat pada saat ibu mengeluhkan nyeri akut abdomen dan apendisitis merupakan
salah satu diagnosis diferensial (Walsh 2008, 90).
d.
Hati
dan Kandung Empedu
Hati pada manusia tidak mengalami perubahan
selama kehamilan baik secara anatomik maupun morfologik. Pada kehamilan,
terdapat kecenderungan retensi garam empedu yang menyebabkan terbentuknya batu
empedu berbasis kolesterol. Koestasis adalah suatu keadaan yang sering
ditemukan pada akhir kehamilan ketika wanita mengeluh gatal dan iritasi kulit
karena terjadi pengendapan garam empedu di kulit (Coad 2007, 238).
e. Traktus Urinaris
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung
kemih akan tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan sering
berkemih. Keadaan ini akan hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus
keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah mulai
turun ke pintu atas panggul, keluhan itu akan timbul kembali.
f. Sistem Muskuloskeletal
Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk
yang umum pada kehamilan. Akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke posisi
anterior, lordosis mengeser pusat daya berat ke belakang ke arah dua tungkai.
Sendi sakroilliaka, sakrokoksigis dan pubis akan meningkat mobilitasnya, yang
diperkirakan karena pengaruh hormonal (Saifuddin 2008, 185-186).