Sabtu, 10 Desember 2011

kehamilan


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.     Tinjauan Umum tentang Kehamilan
1.      Definisi Kehamilan
           Berikut adalah beberapa definisi tentang kehamilan:
a.       Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Saifuddin 2006, 89).
b.      Menurut Federasi Obsestri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Saifuddin 2008, 213).
c.       Kehamilan adalah kondisi dimana seorang wanita membawa atau memiliki janin di dalam tubuhnya, pada umumnya dalam rahim (http:linkpdf.com).
2.      Fisiologi Terjadinya Kehamilan
           Untuk terjadi kehamilan harus ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum (konsepsi) dan nidasi (implantasi hasil konsepsi).
a.       Spermatozoa
           Setiap spermatozoa terdiri atas tiga bagian yaitu caput atau kepala yang berbentuk lonjong, agak gepeng dan mengandung bahan nukleus, ekor dan bagian yang silindrik (leher) menghubungkan kepala dengan ekor. Dengan getaran ekornya, spermatozoa dapat bergerak cepat.
Gambar 2.1: Spermatozoa
          Dalam pertumbuhan embrional spermatogonium berasal dari sel-sel primitif tubulus-tubulus testis. Setelah janin dilahirkan, jumlah spermatogonium yang ada tidak mengalami perubahan sampai masa pubertas tiba. Pada masa pubertas, sel-sel spermatogonium tersebut dalam pengaruh sel-sel interstisial Leydig mulai aktif mengadakan mitosis dan terjadilah proses spermatogenesis yang sangat kompleks (Saifuddin  2008, 139).
b.      Ovum
           Pertumbuhan embrional oogonium yang kelak menjadi ovum terjadi di genital ridge janin dan didalam janin jumlah oogonium bertambah terus sampai pada usia kehamilan enam bulan. Pada waktu dilahirkan, bayi mempunyai sekurang-kurangnya 750.000 oogonium. Jumlah ini berkurang akibat pertumbuhan dan degenerasi follikel-follikel. Pada anak berumur 6-15 tahun ditemukan 439.000 oogonium dan pada umur 16-25 tahun hanya 34.000 oogonium. Pada masa menopause semua oogonium menghilang (Saifuddin 2008, 140).
c.       Pembuahan ovum (konsepsi)
Gambar 2.2: Proses Fertilisasi
          Pembuahan (fertilisasi) adalah proses penyatuan antara sel mani dan sel telur di tuba fallopi, umumnya terjadi di ampulla tuba, pada hari kesebelas sampai keempat belas dalam siklus menstruasi (Pantikawati 2010, 45).
Pembuahan (fertilisasi) meliputi penetrasi spermatozoa ke dalam ovum, fusi spermatozoa dan ovum, diakhiri dengan fusi materi genetik. Hanya satu spermatozoa yang telah mengalami proses kapasitasi mampu melakukan penetrasi membran sel ovum.  Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah pembelahan zigot.
Hal ini dapat berlangsung oleh karena sitoplasma ovum mengandung banyak zat asam amino dan enzim. Segera setelah pembelahan ini terjadi, pembelahan-pembelahan selanjutnya berjalan dengan lancar dan dalam 3 hari terbentuk suatu kelompok sel yang sama besarnya. Hasil konsepsi berada dalam stadium morula.
Dalam ukuran yang sama ini hasil konsepsi disalurkan terus ke pars ismika dan pars interstisialis tuba (bagian-bagian tuba yang sempit) dan terus disalurkan ke arah kavum uteri oleh arus serta getaran silia pada permukaan sel-sel tuba dan kontraksi tuba (Saifuddin 2008, 141-142).
d.      Nidasi
Selanjutnya pada hari keempat hasil konsepsi mencapai stadium blastula disebut blastokista (blastocyst), suatu bentuk yang di bagian luarnya adalah trofoblas dan di bagian dalamnya disebut massa inner cell. Massa inner cell ini berkembang menjadi janin dan trofoblas akan berkembang menjadi plasenta.
Dengan demikian, blastokista diselubungi oleh suatu simpai yang disebut trofoblas. Sejak trofoblas terbentuk, produksi hormon Human Chorionic Gonadotropin (hCG) dimulai, suatu hormon yang memastikan bahwa endometrium akan menerima (reseptif) dalam proses implantasi embrio. Proses penempelan blastokista ke dinding rahim inilah yang disebut nidasi atau implantasi (Saifuddin 2008, 143).

3.      Diagnosis Kehamilan
a.       Tanda atau Gejala Dugaan Kehamilan
              Pada wanita hamil terdapat beberapa tanda atau gejala, antara lain sebagai berikut:
1)      Amenorea (= tidak dapat haid)
Bila seorang wanita dalam masa mampu hamil dan mengeluh terlambat haid, maka dapat diperkirakan bahwa dia hamil (Pantikawati 2010, 75).
Menurut Johnson, Walker dan Niebyl, Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) pada wanita dengan siklus haid yang teratur merupakan salah satu dari data yang dapat diandalkan untuk memperkirakan umur kehamilan (Walsh 2008, 94).
2)      Nausea (enek) dan emesis (muntah)
Nausea (enek) terjadi umumnya pada bulan-bulan pertama kehamilan, disertai kadang-kadang oleh emesis (muntah). Sering terjadi pada pagi hari. Keaadaan ini lazim disebut morning sickness. Dalam batas-batas tertentu keadaan ini masih fisiologik. Bila terlampau sering, dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dan disebut hiperemesis gravidarum.
3)      Mengidam (mengingini makanan atau minuman tertentu)
            Mengidam sering terjadi pada bulan-bulan pertama akan tetapi akan menghilang dengan makin tuanya kehamilan.

4)      Mamma menjadi tegang dan membesar
            Keadaan ini disebabkan oleh pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktuli dan alveoli di mamma. Glandula Montgomery tampak lebih jelas.
5)      Anoreksia (tidak ada nafsu makan)
            Pada bulan-bulan pertama terjadi anoreksia, tetapi setelah itu nafsu makan timbul lagi. Hendaknya dijaga jangan sampai salah pengertian makan untuk “dua orang”, sehingga kenaikan berat badan tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.
6)      Sering kencing
            Terjadi karena kandung kencing pada bulan-bulan pertama kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Pada triwulan kedua umumnya keluhan ini hilang oleh karena uterus yang membesar keluar dari rongga panggul. Pada akhir triwulan gejala bisa timbul karena janin mulai masuk ke ruang panggul dan menekan kembali kandung kencing.
7)      Obstipasi
            Terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh pengaruh hormon steroid.
8)      Pigmentasi kulit
            Terjadi pada kehamilan 12 minggu ke atas. Pada pipi, hidung dan dahi kadang-kadang tampak deposit pigmen yang berlebihan, dikenal sebagai cloasma gravidarum. Areolae mammae juga menjadi lebih hitam karena didapatkan deposit pigmen berlebih.
Daerah  leher menjadi lebih hitam. Demikian pula linea grisea di garis tengah abdomen menjadi lebih hitam. Pigmentasi ini terjadi karena pengaruh dari hormon kortiko-steroid plasenta yang merangsang melanofor dan kulit.
9)      Epulis
Merupakan suatu hipertrofi papilla ginggivae. Sering terjadi pada triwulan pertama.
10)  Varises
Sering dijumpai pada triwulan terakhir. Didapat pada daerah genitalia eksterna, fossa poplitea, kaki dan betis. Pada multigravida kadang-kadang varises ditemukan pada kehamilan yang terdahulu, timbul kembali pada triwulan pertama. Kadang-kadang timbulnya varises merupakan gejala pertama kehamilan muda.
11)  Perubahan suhu basal tubuh
Peningkatan suhu basal tubuh yang menetap selama lebih dari minggu diasumsikan sebagai tanda kehamilan (Winkjosastro 2007, 125-126).
b.      Gejala Tidak Pasti Kehamilan
Hal-hal yang termasuk tanda atau gejala tidak pasti kehamilan diantaranya:

1)      Perubahan uterus
Uterus akan segera berubah ukuran, bentuk, dan konsistensi pada kehamilan. Dari kira-kira 6 minggu setelah HPHT sampai 12 minggu umur kehamilan, uterus berubah bentuk dari bentuk buah pir yang kenyal menjadi lebih lunak dengan bentuk seperti bola (Walsh 2008, 97).
2)      Tanda Hegar
Tanda hegar adalah pelunakan ismus serviks sehingga ujung-ujung jari seakan dapat ditemukan apabila ismus ditekan dari arah yang berlawanan (Saifuddin 2008, 217).
3)      Tanda Goodell
Tanda Goodell  adalah perubahan konsistensi (yang dianalogikan dengan konsistensi bibir) serviks dibandingkan dengan konsistensi kenyal (dianalogikan dengan ujung hidung) pada saat tidak hamil (Walsh 2008, 97).
4)      Tanda Chadwick
Chadwick adalah perubahan warna menjadi kebiruan atau keunguan pada vulva, vagina, dan serviks (Saifuddin 2008, 217).
5)      Tanda Piskacek
Tanda Piskacek (asimetris uterus dengan implantasi di dekat kornu).  Pembesaran uterus pada awal kehamilan biasanya tidak terjadi secara simetris. Secara normal ovum yang telah dibuahi akan berimplantasi pada segmen atas uterus, terutama pada dinding posterior.
Bila lokasi implantasi berada di dekat kornu, maka daerah ini akan lebih cepat membesar jika dibandingkan dengan bagian uterus lainnya. Pembesaran asimetri dan penonjolan salah satu kornu tersebut dapat dikenali melalui pemeriksaan bimanual pelvik pada usia kehamilan delapan hingga sepuluh minggu. Keadaan ini dikenal sebagai tanda Piskacek (Saifuddin 2008, 219).
6)      Kontraksi Braxton Hicks
Kontraksi Braxton Hicks terjadi akibat peregangan miometrium yang disebabkan oleh terjadinya pembesaran uterus. Kontraksi Braxton Hicks bersifat non-ritmik, sporadik, tanpa disertai adanya rasa nyeri, mulai timbul sejak kehamilan 6 minggu dan kontraksi ini baru dapat dikenali melalui pemeriksaan bimanual pelvik pada kehamilan trimester kedua dan pemeriksaan palpasi abdomen pada trimester ketiga (Saifuddin 2008, 219).
7)      Pembesaran abdomen
Pembesaran dinding abdomen sering dianggap sebagai tanda dari terjadinya kehamilan. Pembesaran tersebut terkaitkan dengan terjadinya pembesaran uterus di rongga abdomen. Penonjolan dinding abdomen biasanya dimulai pada usia kehamilan 16 minggu dimana uterus beralih dari organ pelvik menjadi organ abdomen (Saifuddin 2008, 218).
8)      Uji hormonal kehamilan
Uji hormonal kehamilan adalah memeriksa adanya human Chorionic Gonadotropin (hCG)  dalam serum atau urine ibu.  Pemeriksaan kuantitatif hCG cukup bermakna bagi kehamilan. Kadar hGG yang rendah ditemui pada kehamilan ektopik dan abortus imminens. Kadar yang tinggi dapat dijumpai pada kehamilan majemuk atau molahidatidosa (Saifuddin 2008, 215).
c.       Tanda Pasti Kehamilan
Tanda pasti kehamilan adalah data atau kondisi yang mengindikasikan adanya buah kehamilan atau bayi yag diketahui melalui pemeriksaan dan direkam oleh pemeriksa (misalnya denyut jantung janin, gambaran sonogram janin, dan gerakan janin). Beberapa hal yang termasuk tanda pasti kehamilan yakni:
1)      Denyut Jantung Janin (DJJ)
Denyut jantung janin dapat didengar dengan memakai alat dengan sistem Doppler. Keuntungan cara ini yang terakhir ini adalah bahwa janin tidak terpengaruh seperti oleh sinar rontgen.
Selain itu, dapat pula didengar dengan stetoskop Laennec pada kehamilan 18-20 minggu. Dapat pula didengar bising dari uterus yang sinkron dengan nadi ibu karena pembuluh-pembuluh darah uterus membesar. Dalam triwulan terakhir bunyi jantung janin dapat didengar lebih jelas (Winkjosastro 2007, 129).

2)      Palpasi gerakan janin
Gerakan janin pada primigravida dapat dirasakan oleh ibunya pada kehamilan 18 minggu, sedangkan pada multigravida pada kehamilan 16 minggu, oleh karena sudah berpengalaman dari kehamilan terdahulu. Gerakan janin kadang-kadang pada kehamilan 20 minggu dapat diraba secara objektif oleh pemeriksa. Bila dilakukan pemeriksaan dengan sinar rontgen kerangka fetus mulai dapat dilihat (Winkjosastro 2007, 129).
Selain itu, tanda adanya janin dalam kandungan adalah melaui fenomena bandul atau pantulan balik yang disebut ballottement. Hal ini dapat dikenali dengan jalan menekan tubuh  janin melalui dinding abdomen yang kemudian terdorong melalui cairan (Saifuddin 2008, 220).
4.      Perubahan Anatomik dan Fisiologik pada Kehamilan
a.   Adaptasi pada alat reproduksi interna / eksterna
1)      Uterus
Perubahan uterus sepanjang kehamilan dan persalinan serta setelah melahirkan sangat mencolok. Selama kehamilan, uterus mendukung perkembangan embrio dan janin, mempertahankan struktur yang menjamin komunikasi janin-ibu.
a)   Pertumbuhan Uterus
Selama 3 bulan pertama kehamilan, dinding uterus menebal hingga 25 mm. Begitu kehamilan berkembang, peregangan dinding uterus sebagai akibat pertumbuhan fetus menyebabkan penipisan dinding hingga 5-15 mm pada aterm (Walsh 2008, 79).
Selama trimester pertama, uterus juga berubah betuknya. Pada awal kehamilan uterus tetap berbentuk buah pir. Uterus perlahan berubah bentuk pada minggu ke-12 masa kehamilan. Setelah minggu ke-12 bentuknya menjadi elips atau ovoid (Walsh 2008, 80).
b)   Kontraktilitas
Uterus menunjukkan aktivitas kontraksi tidak teratur di luar kehamilan. Aktivitas kontraksi ini meningkat menjadi lebih teratur pada kehamilan. Pada awal kehamilan kontraksinya sedang dan tidak teratur dan biasanya tidak dapat dirasakan oleh ibu hamil.
Menurut Ramsey,  pada trimester kedua kehamilan, kontraksi dapat diraba oleh pemeriksa, dan seiring dengan perkembangan kehamilan kontraksi ini dapat dilihat dan mungkin membuat ibu merasa tidak nyaman. Kontraksi ini disebut kontraksi Braxton-Hicks nama dari penemunya, dan tidak menyebabkan perubahan pada serviks karena tidak stimulan dan tidak teratur (Walsh 2008, 80).


2)      Serviks uteri
Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena hormon  estrogen. Jika korpus uteri mengandung lebih banyak jaringan otot, maka serviks lebih banyak mengandung jaringan ikat, hanya 10% jaringan otot. 
Akibat kadar estrogen meningkat dan dengan adanya hipervaskularisasi, begitu juga dengan adanya hiperplasia dan hipertropi kelenjar serviks menyebabkan serviks menjadi lunak (tanda Goodell) dan munculnya tanda kebiruan (tanda Chadwick) pada satu bulan setelah konsepsi.
Kelenjar-kelenjar di serviks akan berfungsi lebih dan akan mengeluarkan sekresi lebih banyak. Kadang-kadang wanita yang sedang hamil mengeluh mengeluarkan cairan per vaginam lebih banyak. Keadaan ini sampai batas tertentu masih merupakan keadaan yang fisiologik (Winkjosastro 2007, 94).
3)      Vagina dan vulva
Vagina dan vulva akibat hormon estrogen mengalami perubahan pula. Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah, agak kebiru-biruan (livide). Tanda ini disebut tanda Chadwick. Warna porsio pun tampak livide. (Winkjosastro 2007, 95).


4)      Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditatis sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu. Korpus luteum graviditatis berdiameter kira-kira 3 cm. Kemudian, ia mengecil setelah plasenta terbentuk. Seperti telah dikemukakan, korpus luteum ini mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron. Lambat laun fungsi ini diambil alih oleh plasenta (Winkjosastro 2007, 95).
5)      Mamma
Mamma akan membesar dan tegang akibat hormon somatomammatropin, estrogen dan progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan air susu. Estrogen menimbulkan hipertrofi sistem saluran, sedangkan progesteron menambah sel-sel asinus pada mamma. Somatomammatropin mempengaruhi pertumbuhan sel-sel asinus pula dan menimbulkan perubahan dalam sel-sel, sehingga terjadi pembuatan kasein, laktalbumin dan laktoglobulin.
Dengan demikian, mamma dipersiapkan untuk laktasi. Disamping ini, di bawah pengaruh progesteron dan somatomammatropin, terbentuk lemak di sekitar kelompok-kelompok alveolus, sehingga mamma menjadi lebih besar. Papilla mamma akan membesar, lebih tegak dan tampak lebih hitam, seperti seluruh aerolla mamma karena hiperpigmentasi. Glandula Montgomery tampak lebih jelas menonjol di permukaan aerolla mamma (Pantikawati 2010, 55).
b.      Adaptasi pada Sistem Hematologik
1)      Perubahan plasma
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yang membesar pula, mamma dan alat lain-lain yang memang berfungsi berlebihan dalam kehamilan.
Volume darah ibu dalam kehamilan bertambah secara fisiologik dengan adanya pencairan darah yang disebut hidremia. Volume darah akan bertambah banyak, kira-kira 25% dengan puncak kehamilan 32 minggu, diikuti dengan cardiac output yang meninggi sebanyak kira-kira 30%. Akibat hemodilusi tersebut, yang mulai jelas timbul pada kehamilan 16 minggu, ibu yang mempunyai penyakit jantung dapat jatuh dalam keadaan dekompensasi kordis (Winkjosastro 2007, 96).
2)      Perubahan sel darah merah (eritrosit)
Jumlah total sel darah merah (eritosit) meningkat kira-kira 33% (450 ml) pada wanita hamil yang mengkonsumsi tablet suplemen zat besi dan 18% (250 ml) pada yang tidak mengkonsumsi tablet suplemen zat besi. Peningkatan eritropoietin sirkulasi dan peningkatan produksi sel darah merah (eritrosit) menjadi penyebab keadaan ini. Kadar eritropoietin mulai meningkat pada akhir trimester pertama, diikuti dengan perubahan awal plasma (Walsh 2008, 86).
Meskipun ada peningkatan dalam volume eritrosit secara keseluruhan, tetapi penambahan  volume plasma jauh lebih besar, sehingga konsentrasi hemoglobin dalam darah menjadi lebih rendah. Hal ini tidak boleh dinamakan anemia fisiologik dalam kehamilan, oleh karena jumlah hemoglobin pada wanita hamil dalam keseluruhannya lebih besar daripada sewaktu belum hamil (Winkjosastro 2007, 96).
3)      Perubahan pada komponen darah lainnya
Massa sel darah putih (leukosit) sedikit meningkat pada awal kehamilan, kemudian menetap pada trimester kedua dan ketiga. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan produksi neutrofil. Total  sel darah putih berkisar antara 5.000-12.000/mm³ dan dapat meningkat sampai 20.000/mm³ saat proses persalinan tanpa infeksi.
Ada laporan yang saling bertentangan tentang perubahan trombosit dalam kehamilan. Penelitian terbaru mengatakan bahwa dijumpai sedikit penurunan trombosit pada dua bulan menjelang akhir kehamilan. Jumlah trombosit pada kehamilan adalah 150.000-400.000/mm³. Jumlah trombosit di bawah 100.000/mm³ dianggap tidak normal (Walsh 2008, 86).

a.       Adaptasi pada Sistem Respirasi
Sistem respirasi atau pernapasan dalam masa kehamilan mengalami perubahan, baik secara anatomis maupun fisiologis untuk memenuhi kebutuhan oksigen ibu dan janin yang meningkat (Pantikawati 2010, 64).
Seorang wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya tidak jarang mengeluh tentang rasa sesak dan pendek napas. Hal ini ditemukan pada kehamilan 32 minggu ke atas oleh karena usus-usus tertekan oleh uterus yang membesar ke arah diafragma, sehingga diafragma kurang leluasa bergerak (Winkjosastro 2007, 96).
b.      Perubahan Metabolik
Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan berasal dari uterus dan isinya, payudara, serta volume darah.
Tabel 2.1
Tabel Rekomendasi Penambahan Berat Badan Selama Kehamilan Berdasarkan IMT

Status Gizi
Prakehamilan
IMT*
Penambahan
Berat Badan (kg)
Kurus
<18,5
12,5-18,0
Normal
18,5-24,9
11,5-16,0
Overweight
25,0-29,9
7,0-11,5
Obesitas
= 30
5-9
IMT*= Indeks Massa Tubuh yang dihitung dari: BB dalam kg/(TB dalam m)²
Sumber: Institute of Medicine, 2009
Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan bertambah 12,5 kg. Pada trimester ke-2 dan ke-3 pada perempuan dengan gizi baik dianjurkan menambah berat badan per minggu sebesar 0,4 kg, sementara pada perempuan dengan dengan gizi kurang atau berlebih dianjurkan menambah berat badan per minggu masing-masing sebesar 0,5 kg dan 0,3 kg (Saifuddin 2008, 180).
Janin membutuhkan zat-zat gizi, seperti kalsium, zinc (Zn), asam folat, zat besi (Fe), dsb. Secara umum zat-zat tesebut berguna dalam pertumbuhan dan perkembangan janin.
c.       Traktus Digestifus/Pencernaan
Gizi sangat penting bagi kehamilan, tetapi gangguan fungsi saluran pencernaan merupakan penyebab tersering keluhan selama kehamilan. Wanita hamil mengeluhkan perubahan nafsu makan, jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi, dan toleransinya terhadap makanan tertentu. Beberapa perubahan pada saluran pencernaan kemungkinan dipengaruhi oleh faktor sosial budaya, faktor anatomi, dan pengaruh hormon pada saluran pencernaan.
1)      Mulut
Terkadang ada wanita hamil yang mengeluh/merasakan perubahan dalam pengecapan. Keadaan ini mungkin disebabkan oleh pengaruh hormon pada saliva dan juga pada indra penciuman. Saliva menjadi lebih asam pada kehamilan sedangkan volume yang dihasilkan biasanya tidak berubah (Walsh 2008, 89-90).
Produksi air liur yang berlebihan, yang disebut ptialisme atau ptialorea, dapat terjadi walaupun jarang. Kelainan ini mungkin berdiri sendiri atau berkaitan dengan hiperemesis gravidarum, ketika air liur yang tertelan memicu mual hebat dan muntah pada wanita yang bersangkutan.
Gusi akan menjadi lebih hiperemis dan lunak sehingga dengan trauma sedang saja bisa menyebabkan perdarahan. Hal ini disebabkan oleh efek progesteron pada aliran darah dan konsistensi jaringan lunak (Coad 2007, 237).
Selain itu, permukaan yang rapuh menyebabkan mudah terkena radang gusi. Insidennya meningkat apabila sedang mengalami masalah gusi lainnya, umur ibu lebih tua dan meningkatnya paritas. Epulis selama kehamilan akan muncul, tetap setelah persalinan akan berkurang secara spontan (Walsh 2008, 90).
2)      Esofagus
Peningkatan kadar progesteron menyebabkan penurunan tonus sfingter esofagus bagian bawah. Penurunan ini menyebabkan kompetensi sfingter terganggu dan meningkatkan kemungkinan regurgitasi asam lambung (Coad 2007, 237).
3)      Lambung
Perubahan yang nyata akan terjadi pada penurunan sekresi asam hidrokloid dan peptin di lambung sehingga akan menimbulkan gejala berupa pyrosis (heartburn). Hal ini terjadi karena adanya refleks asam lambung ke esofagus bawah sebagai akibat perubahan posisi lambung dan menurunnya tonus sfingter esofagus bagian bawah. Mual terjadi akibat penurunan asam hidrokloid dan penurunan motilitas (Saifuddin 2008, 185).
4)         Usus dan Kolon
Relaksasi otot polos yang dipicu oleh progesteron akan menurunkan tonus dan motalitas usus sehingga waktu transit di usus meningkat (Coad 2007, 237).
Perpanjangan waktu transit ditambah dengan adanya hipertrofi vili duodenum menyebabkan peningkatan absorpsi air, yang kemudian menyebabkan meningkatnya risiko terjadinya konstipasi. Pada kehamilan, peningkatan kadar angiotensin dan aldosteron juga meningkatkan penyerapan natrium dan air dari kolon. Selain itu, banyak pula wanita mengalami peningkatan flatulensi akibat penekanan uterus pada kolon.
Demikian juga dengan yang lainnya seperti apendiks yang akan bergeser ke arah atas dan lateral. Perubahan anatomis ini penting untuk diingat pada saat ibu mengeluhkan nyeri akut abdomen dan apendisitis merupakan salah satu diagnosis diferensial (Walsh 2008, 90).


d.      Hati dan Kandung Empedu
Hati pada manusia tidak mengalami perubahan selama kehamilan baik secara anatomik maupun morfologik. Pada kehamilan, terdapat kecenderungan retensi garam empedu yang menyebabkan terbentuknya batu empedu berbasis kolesterol. Koestasis adalah suatu keadaan yang sering ditemukan pada akhir kehamilan ketika wanita mengeluh gatal dan iritasi kulit karena terjadi pengendapan garam empedu di kulit (Coad 2007, 238).
e.       Traktus Urinaris
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan sering berkemih. Keadaan ini akan hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah mulai turun ke pintu atas panggul, keluhan itu akan timbul kembali.
f.       Sistem Muskuloskeletal
Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum pada kehamilan. Akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke posisi anterior, lordosis mengeser pusat daya berat ke belakang ke arah dua tungkai. Sendi sakroilliaka, sakrokoksigis dan pubis akan meningkat mobilitasnya, yang diperkirakan karena pengaruh hormonal (Saifuddin 2008, 185-186).